Home / Berita Terbaru

Adira Finance Berhasil Membukukan Laba Bersih Tumbuh 18,2% y/y di Tahun 2021

03 Februari 2022 | Penulis : Corporate Comm.

Click Here For English Version

Di sepanjang tahun 2021, Perekonomian global dan domestik masih dihadapkan berbagai tantangan. Di Indonesia, prospek pertumbuhan ekonomi yang diprediksi semula membaik, kemudian kembali dibayangi ketidakpastian yang cukup tinggi sejak munculnya varian baru Delta Covid-19 di pertengahan tahun 2021 sehingga menciptakan gelombang kedua pandemi Covid-19. Akibatnya Pemerintah memperketat pembatasan mobilitas untuk mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19 dengan mengimplementasikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di kuartal III/2021 sehingga mengganggu aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Walaupun demikian, pemulihan ekonomi di tahun 2021 terus berlanjut dengan mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,7%.

Seiring dengan mulai pulihnya ekonomi, tekanan inflasi cenderung rendah di tahun 2021. Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,9% (Y/Y). Tingkat inflasi yang relatif rendah ini menyebabkan Bank Indonesia untuk melanjutkan diterapkannya kebijakan moneter yang akomodatif sepanjang tahun 2021, sehingga hal ini mampu menopang perekonomian yang tengah dilanda Covid- 19. Selanjutnya, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga 7-DRR sebesar 3,5% dan nilai tukar rupiah cenderung stabil sepanjang tahun 2021.

Pada penghujung tahun 2021, Pemerintah telah berhasil menekan penyebaran Covid-19 dengan angka rata-rata kasus harian Covid-19 di bulan Desember 2021 juga sangat rendah berada di bawah 300 kasus per harinya yang sebelumnya mencapai sekitar 45 ribu kasus pada periode Juli 2021. Pemerintah juga telah menggiatkan pelaksanaan program vaksinasi secara agresif setelah berhasil mengamankan persediaan vaksin untuk dalam negeri. Saat ini program vaksinasi di dalam negeri menargetkan 208 juta orang selesai divaksin pada pertengahan tahun 2022. Dimulai dari Januari 2022, Pemerintah mendorong dilaksanakannya program vaksinasi dosis ketiga di tengah ancaman Omicron dan juga sebagai antisipasi kemungkinan kembali terjadinya mutasi virus di masa mendatang. Walaupun tingkat penularannya lebih tinggi, diketahui bahwa tingkat fatalitas varian Omicron lebih rendah, sehingga diharapkan dampak ekonomi dari Omicron cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan varian Delta.

Kedepannya di tahun 2022, pemulihan ekonomi domestik diperkirakan terus berlanjut sejalan dengan keberhasilan penanganan COVID-19, percepatan vaksinasi, aktivitas ekonomi yang terus meningkat, implementasi reformasi struktural dan prospek pertumbuhan ekonomi global. Kementerian Keuangan memperkirakan ekonomi domestik di tahun 2022 tumbuh lebih tinggi menjadi 5,2% dan inflasi diperkirakan berada dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022. Meskipun demikian, ekspektasi pengetatan moneter di tahun 2022 yang akan terjadi juga akan menjadi suatu tantangan bagi industri otomotif dan pembiayaan seiring dengan rencana The FED juga akan menaikkan suku bunga nya di tahun 2022.

Seiring dengan mulai pulihnya aktivitas ekonomi domestik, iklim dunia usaha pun ikut berangsur pulih, terutama setelah adanya relaksasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh Pemerintah pada triwulan keempat tahun 2021. Penjualan wholesale mobil baru dan sepeda motor baru domestik berhasil meningkat signifikan masing-masing sebesar 67% y/y dan 38% y/y menjadi 887 ribu unit dan 5,1 juta unit. Untuk tahun 2022, keputusan Pemerintah baru-baru ini untuk memperpanjang potongan Pajak atas Barang Mewah (PPNBM) dengan kebijakan potongan pajak yang berbeda setiap kuartal nya untuk mobil kategori mobil murah ramah lingkungan (low-cost green car / LCGC) yang harganya berada di bawah Rp200 juta dan mobil dengan harga jual antara Rp 200 juta sampai dengan Rp 250 juta hingga akhir tahun 2022. Hal ini diperkirakan dapat mendorong penjualan otomotif, terutama di kategori LCGC.

Sejalan dengan pertumbuhan penjualan industry otomotif di tahun 2021, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru sebesar Rp25,9 triliun, naik 39% y/y jika dibandingkan dengan tahun lalu. Seluruh segmen mengalami kenaikan terutama pada segmen mobil baru, mobil bekas dan sepeda motor baru. Sementara itu, Piutang pembiayaan yang dikelola Perusahaan tercatat masih menurun sebesar 8% y/y dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi Rp 40,4 triliun di 2021. Penurunan pada piutang yang dikelola sebagian disebabkan rundown portfolio yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan baru karena penjualan belum kembali ke tingkat pre-Covid.

“Pada November 2021 lalu, Adira Finance telah meluncurkan Adiraku 2.0, yaitu versi terbaru dari aplikasi mobile adiraku, dengan dilengkapi dengan berbagai pengembangan fitur-fitur menarik untuk mempermudah akses terhadap seluruh layanan Adira Finance yang tersedia di kantor cabang, ke dalam perangkat smartphone. Pengembangan Adiraku 2.0 dilakukan seiring transformasi digital Adira Finance agar Perusahaan senantiasa sejalan dengan perkembangan teknologi untuk memberikan pelayanan yang berfokus kepada pelanggan, serta menyediakan kemudahan dan kecepatan layanan kepada pelanggan, terutama kepada masyarakat yang saat ini masih unbankable/underbank.” kata Hafid Hadeli, Presiden Direktur.

Di tahun 2021, Perusahaan telah memberikan restrukturisasi kepada nasabah yang terdampak oleh krisis ekonomi akibat adanya pandemi Covid-19. Per posisi Desember 2021, jumlah kumulatif nasabah yang pinjamannya telah direstrukturisasi ada sebanyak Rp19 trillion, sementara akun yang masih dalam periode penundaan pembayaran angsuran hanya sebesar Rp 34 miliar.

Per posisi Desember 2021, Rasio gross NPL konsolidasi tercatat sebesar 2,3%, turun jika dibandingkan September 2021 sebesar 3,2% yang didukung membaiknya aktivitas ekonomi sehingga mempengaruhi kapasitas pembayaran konsumen.

Dari sisi keuangan, Perusahaan membukukan pendapatan bunga sebesar Rp 8,8 triliun, turun 15% y/y dibandingkan tahun lalu, terutama karena penurunan piutang pembiayaan. Sementara itu, beban bunga turun sebesar 26% y/y menjadi Rp3,2 triliun sejalan adanya penurunan pada jumlah pinjaman dan biaya bunga. Hasilnya, pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp 5,6 triliun turun 7% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara margin bunga bersih meningkat menjadi 13,5% dari 12,0% di FY20. Beban operasional Perusahaan naik sebesar 7% y/y menjadi Rp3,7 triliun, sementara cost of credit menurun sebesar 29% y/y menjadi Rp1,4 triliun. Secara keseluruhan, laba bersih (NPAT) Perusahaan setelah pajak yang dibukukan naik 18,2% menjadi Rp 1,2 triliun di sepanjang tahun 2021. Hasilnya, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) Perusahaan masing-masing meningkat menjadi sebesar 4,7% dan 14,7% dari sebelumnya sebesar 3,1% dan 13,3% di tahun 2020.

Di sepanjang tahun 2021, Adira Finance memiliki ketersediaan likuiditas yang cukup untuk melunasi seluruh kewajiban keuangannya dan mendanai kebutuhan bisnisnya melalui penerimaan angsuran dari nasabah dan fasilitas sumber pendanaan yang tersedia. Perusahaan melakukan diversifikasi sumber pendanaannya melalui dukungan dari pembiayaan bersama dengan Perusahaan induknya, Bank Danamon dan memperoleh pinjaman eksternal (pinjaman bank dan obligasi). Per posisi Desember 2021, Pembiayaan Bersama mewakili 47% dari piutang yang dikelola. Sementara itu, total pinjaman eksternal Perusahaan turun 34,8% y/y menjadi Rp 10,9 triliun, terdiri dari pinjaman bank (luar negeri dan dalam negeri) dan obligasi, masing-masing memberikan kontribusi 45%:55%. Hasilnya, Adira Finance membukukan rasio gearing di tahun 2021 sebesar 1,2x, turun dibandingkan dengan posisi tahun 2020 sebesar 2,1x.

“Adira Finance berhasil memperoleh kenaikan peringkat internasional oleh Lembaga Pemeringkat Moody’s dari Baa2/stable menjadi Baa1/stable pada akhir tahun 2021. Peningkatan peringkat ini dapat berdampak positif dalam meningkatkan kepercayaan investor terhadap Adira Finance. Peringkat Internasional ini juga dapat mempermudah Perusahaan dalam mendapatkan akses pendanaan dari dalam dan luar negeri. Di samping itu, Adira Finance berhasil mempertahankan peringkat domestik dengan penilaian idAAA/Stable dari Lembaga pemeringkat dalam negeri Pefindo, dan peringkat BBB dari Lembaga Pemeringkat internasional Fitch Rating” kata I Dewa Made Susila, Direktur Keuangan Adira Finance.

 

Throughout 2021, the global and domestic economy was still faced with various challenges. In Indonesia, the prospect of economic growth was originally predicted to improve. However, such projected prospect was then overshadowed by quite high uncertainty since the emergence of a new variant of Delta Covid-19 in mid-2021, thus creating a second wave of the Covid-19 pandemic. As a result, the government tightened the mobility restriction to control the spread of Covid-19 by implementing a Public Activity Restriction (PPKM) policy in the third quarter of 2021, thus disrupting the overall economic activity. However, the economy has managed to swing back to a positive growth of 3.7%.

Amidst the recovery, the economy saw only a muted inflationary pressure. Consumer Price Index (CPI) had increased by 1.9% (Y/Y). This relatively low inflation environment has enabled Bank Indonesia to continue implementing its accommodative monetary policy throughout the year, thus supporting the economy in the midst of the Covid-19 pandemic. Further, Bank Indonesia maintains the 7- DRR interest rate at 3.5% and the rupiah exchange rate tends to be stable throughout 2021.

At the end of 2021, the Government has succeeded in suppressing the spread of Covid-19 with the average daily number of Covid-19 cases in December 2021 was very low, under 300 cases per day from around 45 thousand cases in July 2021. The Government also had pushed for an aggressive vaccination program once the supply of vaccines was secured. Currently, the vaccination program is targeting 208 million people to be vaccinated by mid of 2022. Starting from January 2022, the Government is pushing for the third-dose vaccination program in the face of the Omicron threat and as a means to anticipate future virus mutations. Despite the Omicron variant’s more infectious nature, the new strain has been reportedly to be less deadly. Hence, it is expected that the economic impact of Omicron may be significantly lower compared to the Delta variant.

Going forward in 2022, the domestic economic recovery process is expected to be continuously in line with the successful handling of COVID-19, accelerated vaccination, increasing economic activity, implementation of structural reforms and prospects for global economic growth. The Ministry of Finance estimates that the domestic economy in 2022 will grow higher to 5.2% and Inflation is estimated to be within the target range of 3.0±1% in 2022. However, the coming monetary tightening is going to be a challenge for both automotive and financing industries in line with The FED’s plan to raise interest rates in 2022.

As domestic economic activities have started to show recovery, the business climate has also shown a gradual recovery, especially following the relaxation of the Government’s Public Activity Restriction (PPKM) policy in the fourth quarter of 2021. Domestic wholesale of new cars and new motorcycles increased significantly by 67% y/y and 38% y/y to 887 thousand units and 5.1 million units, respectively. For 2022, the Government recently made a decision to extend the luxury tax (PPnBM) incentive with a various tax deduction policy for different categories in each quarterly time frame. The categories encompassed for low-cost green car (LCGC) that is under Rp.200 million and cars within the range of Rp.200-250 million throughout 2022. This policy is expected to fuel automotive sales, especially in the LCGC category.

In line with the automotive industry sales growth in 2021, Adira Finance recorded new financing of Rp25.9 trillion, up 39% y/y compared to last year. All segments experienced an increase, especially in the new car, used car and new motorcycle segments. Meanwhile, managed receivables amounted to Rp. 40.4 trillion in 2021, down by 8% from a year earlier. The decline in managed receivables was partly due to a higher portfolio rundown compared to new financing growth as sales had not returned to pre- Covid sales levels.
 
“In November 2021, Adira Finance launched Adiraku 2.0, the latest version of the Adiraku mobile application, equipped with various developments of interesting features to facilitate access to all Adira Finance services available at branch offices, on smartphones. The development of Adiraku 2.0 is carried out in line with Adira Finance's digital transformation enabling the Company to be always in line with technological developments to provide customer centric services, as well as providing convenience and speed of service to customers, especially to people who are currently still unbankable/underbank.” said Hafid Hadeli, President Director.

In 2021, the Company offers loan restructuring program to customers who are affected by economic crisis resulting from Covid-19 pandemic. As of December 2021, the cumulative number of customers whose loans have been restructured is Rp.19 trillion. However, accounts that are still in grace period are only Rp.34 billion.

As of December 2021, the consolidated gross NPL ratio was recorded at 2.3%, down from 3.2% in September 2021, supported by improving economic activity, which affected consumer payment capacity.
Financially, the Company recorded interest income of Rp8.8 trillion, declined by 15% y/y compared to the last year, mainly due to a decrease in outstanding managed financing receivables. Meanwhile, interest expense decreased by 26% y/y to Rp3.2 trillion in line with the decline of total borrowings as well lower cost of funds. As a result, net interest income was recorded Rp.5.6 trillion, a decline by 7% from the previous year. Meanwhile net interest margin increased to 13.5% from 12.0% in FY20. The Company's operating expenses increased by 7% y/y to Rp3.7 trillion, while cost of credit declined by 29% y/y to Rp1.4 trillion. Taken all together, the Company's net profit after tax (NPAT) rose by 18.2% to Rp 1.2 trillion throughout 2021. As a result, the Company's Return on Assets (ROA) and Return on Equity (ROE) increased to 4.7% and 14.7% from the previous 3.1% and 13.3%, respectively in 2020.

Throughout 2021, Adira Finance has sufficient liquidity available to pay off all of its financial obligations and to fund its business needs through receiving installments from customers and securing available funding source facilities. To date, the Company has continued to diversify its funding sources through continuous support of joint financing with its parent company, Bank Danamon, and acquiring external borrowings (bank loans and bonds). As of December 2021, Joint Financing represented 47% of managed receivables. Meanwhile, the Company's total external borrowings as of December 2021 had declined by 34.8% y/y to Rp 10.9 trillion, consisting of bank loans (off- shore and onshore) and bonds, each contributing 45%: 55% respectively. As a result, gearing ratio fell to 1.2 times from previously at 2.1 times.

"Adira Finance has obtained an international rating upgrade by the Moody’s Rating Agency to Baa1/stable from Baa2/stable at the end of 2021. This rating upgrade may have a positive impact in enhancing investor confidence in Adira Finance. This International Rating may provide the Company with better access to secure funding from domestic and overseas markets. In addition, Adira Finance has managed to maintain its domestic rating with a idAAA/Stable rating from the national rating agency Pefindo, and a BBB rating from the international rating agency Fitch Rating," said I Dewa Made Susila, Finance Director of Adira Finance.

 

Bagikan Artikel

Berita Terbaru

Dapatkan informasi terbaru tentang Adira Finance
Subscribe Sekarang


Kantor Pusat Adira Finance

Gedung Millenium Centennial Center Lt. 53-61
Jl. Jend. Sudirman Kav. 25
Karet Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta 12920

Call Center : 1500511
Email : customercare@adira.co.id
Cari Lokasi Cabang
  • Copyright @ Adira Finance Berizin dan Diawasi oleh OTORITAS JASA KEUANGAN